Pendengaran
1.Suara dan Telinga
Fisika dan Psikologi Suara
Suar adalah gelombang longitudinal yang merambat
melalui medium. Suara itu akan terdengar apabila sampai pada gendang telinga
kita. Keras dan lemahnya suara tergantung pada amplitudonya
(volume) sedangkan tinggi dan rendahnya suara tergantung pada frekuensinya
(pitch).
Source:
Source:
Telinga manusia dapat mendengar dari frekuensi 20hz
sampai 20.000 hz. Untuk anak-anak dapat mendengar dengan frekuensi lebih tinggi
daripada orang dewasa (B. A. Schneider, Trehub, Morrongiello, & Thorpe,
1986). Ada beberapa hewan yang dapat mendengar lebih tinggi
atau lebih rendah dari manusia. Timbre suara merupakan warna suara, sehingga kita
dapat membedakan suara-suara walaupun dimainkan dengan nada yang sama. Manusia mengkomunikasikan emosinya menggunakan
amplitudo (volume), frekuensi (pitch), dan timbre.
Struktur telinga
Source:
telinga dibagi
menjadi 3 bagian:
Ø Telinga bagian Luar
Daun telinga: mengumpulkan serts meneruskan bunyi ke lubang telinga.
Lubang telinga: tempat atau gerbang masuknya bunyi ke liang telinga.
Liang telinga: meneruskan rangsang bunyi ke gendang telinga.
Ø Telinga bagian Tengah
Gendang telinga (membran tympani): mengubah bunyi menjadi getaran lalu mengirimkannya ke telinga bagian dalam.
Tiga tulang pendengaran (martil, landasan, dan sanggurdi): menjaga agar tekanan udara tetap seimbang sebagaimana mestinya memperkuat dan menghantar getaran ke saluran telinga yang lebih dalam.
Saluran Eustachius: menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian dalam dan mengatur keseimbangan tekanan udara.
Ø Telinga bagian Luar
Daun telinga: mengumpulkan serts meneruskan bunyi ke lubang telinga.
Lubang telinga: tempat atau gerbang masuknya bunyi ke liang telinga.
Liang telinga: meneruskan rangsang bunyi ke gendang telinga.
Ø Telinga bagian Tengah
Gendang telinga (membran tympani): mengubah bunyi menjadi getaran lalu mengirimkannya ke telinga bagian dalam.
Tiga tulang pendengaran (martil, landasan, dan sanggurdi): menjaga agar tekanan udara tetap seimbang sebagaimana mestinya memperkuat dan menghantar getaran ke saluran telinga yang lebih dalam.
Saluran Eustachius: menghubungkan rongga mulut dengan telinga bagian dalam dan mengatur keseimbangan tekanan udara.
3. Ø Telinga bagian Dalam
Tiga saluran setengah lingkaran : menjaga keseimbangan tubuh.
Tingkap oval/jorong : untuk meneruskan getaran ke rumah siput.
Rumah siput (koklea) : mengubah getaran menjadi impuls dan meneruskannya ke otak.
Tiga saluran setengah lingkaran : menjaga keseimbangan tubuh.
Tingkap oval/jorong : untuk meneruskan getaran ke rumah siput.
Rumah siput (koklea) : mengubah getaran menjadi impuls dan meneruskannya ke otak.
Link video :
2. Persepsi Nada
Kemampuan Anda untuk memahami
pembicaraan atau menikmati musik tergantung pada kemampuan Anda untuk
membedakan antara suara frekuensi yang berbeda. Menurut place teori ,
membran basilar menyerupai senar piano, dengan masing-masing area di sepanjang
membran disesuaikan dengan frekuensi tertentu. Menurut teori ini, setiap
frekuensi diaktifkan sel-sel rambut hanya di satu tempat di sepanjang membran
basilar, dan sistem saraf membedakan antara frekuensi berdasarkan yang neuron
merespon.
Menurut teori frekuensi, membran
basilar bergetar selaras dengan suara, menyebabkan saraf pendengaran akson
untuk menghasilkan potensial aksi pada frekuensi yang sama. Misalnya, suara
pada 50 Hz akan menyebabkan 50 aksi potensial per detik di saraf pendengaran.
Teori saat ini adalah modifikasi dari kedua teori. Untuk suara frekuensi rendah (hingga sekitar 100 Hz — lebih dari satu oktaf di bawah C tengah dalam musik, yaitu 264 Hz), basilar membran bergetar selaras dengan gelombang suara, sejalan dengan teori frekuensi, dan akson saraf pendengaran menghasilkan satu aksi potensial per gelombang. Kebanyakan pendengaran manusia berlangsung di bawah 4000 Hz, Menurut batas perkiraan prinsip volley.
Teori saat ini adalah modifikasi dari kedua teori. Untuk suara frekuensi rendah (hingga sekitar 100 Hz — lebih dari satu oktaf di bawah C tengah dalam musik, yaitu 264 Hz), basilar membran bergetar selaras dengan gelombang suara, sejalan dengan teori frekuensi, dan akson saraf pendengaran menghasilkan satu aksi potensial per gelombang. Kebanyakan pendengaran manusia berlangsung di bawah 4000 Hz, Menurut batas perkiraan prinsip volley.
3. Korteks Auditori
Ketika informasi dari sistem
pendengaran melewati daerah subkortikal, akson menyeberang ke otak tengah untuk
meningkatkan kemampuan setiap belahan otak depan untuk mendapatkan sebagian
besar letakkan dari telinga yang berlawanan (Glendenning, Baker, Hutson, &
Masterton, 1992). Informasi akhirnya mencapai korteks pendengaran primer (area
A1) di temporal superior korteks.
Sama seperti pasien dengan
kerusakan di area MT(Middle Temporal Visual Area) menjadi buta gerak, pasien
dengan kerusakan di bagian korteks temporal superior menjadi tuli gerak. Mereka
mendengar suara, tetapi mereka tidak mendeteksi bahwa sumber suara bergerak
(Ducommun et al., 2004). Pada orang yang tuli sejak lahir, akson yang berasal
dari korteks pendengaran berkembang lebih sedikit daripada orang lain (Emmorey,
Allen, Bruss, Schenker, & Damasio, 2003).
Pengeliling korteks pendengaran
primer adalah audiens tambahan daerah yang memberikan respons terbaik terhadap
apa yang kita mungkin menyebut "objek" pendengaran – suara seperti
tangisan hewan, suara mesin, musik, dan lainnya yang dapat diidentifikasi,
bermakna suara (Gutschalk, Patterson, Scherg, Uppenkamp, & Rupp, 2004;
Zatorre, Bouffard, & Belin, 2004).
4. Kehilangan Pendengaran
Tuli
Ada dua
kategori kehilangan pendengaran yaitu gangguan pendengaran konduktif dan
gangguan pendengaran sensorineural.
Penyakit,
infeksi, atau pertumbuhan tulang yang cepat bisa menghalangi bagian tengah
telinga dari meneruskan gelombang suara yang tepat menuju koklea. Hasilnya, conductive
deafness (gangguan pendengaran konduktif) atau middle-ear deafnes,
terkadang sementara. Jika tetap masih ada, itu bisa dilakukan operasi atau
dengan alat bantu dengar yang memperkuat stimulus. Karena orang yang mengalami
conductive deafness memiliki koklea yang normal dan saraf telinga, mereka
dengan mudah mendengar suara mereka sendiri.
Nerve
deafness (gangguan pendengaran sensorineural) atau inner-ear deafness,
hasil kerusakan dari koklea, sel-sel rambut, atau saraf telinga. Itu bisa
terjadi di bagian mana saja dalam koklea, dimana menganggu pendengaran
frekuensi tertentu. Nerve deafness dapat diwarisi, bisa dari penyakit atau
paparan suara keras. Contohnya, banyak tentara, pekerja konstruksi, dan fans
rock yang menengr suara keras sehingga bisa merusak sinapsis dan neuron dari
sistem pendengaran.
Nerve
deafness sering memproduksi tinnitus (sering bersuara di telinga). Dalam
beberapa kasus, tinnitus disebabkan oleh fenomena serupa seperti phantom limb
(keadaan yang dialami seseorang yang perah di amputasi). Kerusakan pada koklea
seperti amputasi: jika otak tidak lagi mendapatkan masukan normal, akson
memainkan peran bagian tubuh lain yang bisa menyerang daerah otak yang belum
bisa kita dengar, terutama suara yang memiliki frekuensi tinggi. Beberapa orang
menemukan mereka bisa menambahkan atau mengganti tinnitus dengan menggeretakkan
rahang atau mengencangkan otot leher mereka (Lockwood et al., 1998; Roberts et
al., 2010).
Link Jurnal :
https://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=83479
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=gangguan+pendengaran&oq=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dru4qxPCjjhEJ (hearing loss)
Link video:
https://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=83479
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=gangguan+pendengaran&oq=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dru4qxPCjjhEJ (hearing loss)
Link video:
Pendengaran, Perhatian, dan Usia Lanjut
Banyak
orang usia lanjut membiarkan masalah pendengaran mereka meskipun menggunakan
alat bantu dengar. Alat bantu dengar membuat suara cukup keras, tapi mereka
tetap memiliki masalah memahami pidato, terutama di ruangan yang berisik atau
juka seseorang berbicara dengan cepat.
Penjelasannya
yaitu area otak bertanggung jawab terhadap pemahaman bahasa menjadi kurang
aktif (Peele, Troiani, Grossman, & Wingfield, 2011). Ini adalah kemerosotan
alami atau bisa reaksi degradasi berkepanjangan terhadap sistem pengengaran.
Yaitu, jika seseorang telat mendapat alat bantu dengar, korteks bahasa tidak
mendapat masukan normal dan mulai kurang menanggapi.
Sering kali orang ingin
mendengar orang lain berbicara saat ada orang yang sedang membuat suara juga,
bisa musik atau suara lainnya. Banyak orang usia lanjut yang sudah berkurang
dalam neurotransmitter dalam pendengaran di otak. Contohnya, mereka memiliki
masalah menekan suara yang tidak relevan dan mendengar suara yang penting
lainnya. Kita semua sering membaca gerak bibir dan fokus kepada speaker untuk
mengunci perhatian kepada suara.
Link video:
5. Lokalisasi Suara
Saat
seseorang berjalan sendiri dan tiba tiba mendengar suara berisik pasti ingin
tahu siapa yang membuat suara itu dan ingin mengetahui darimana asal suara itu.
Melokalisasikan suara kurang akurat daripada melokalisasikan penglihatan.
Menentukan
arah dan jarak suara perlu membandingkan tanggapan dari kedua telinga. Metode
pertama adalah perbedaan waktu sampai pada kedua telinga. Suara datang langsung
dari sisi telinga yang dekat dengan suara sekitar 600 mincroseconds daripada
yang lainnya. Metode kedua tentang perbedaan intensitas antara kedua telinga.
Contohnya pada suara berfrekuensi tinggi, dengan panjang gelombang lebih pendek
daripada lebar kepala, kepala menciptakan bayangan suara, membuat suara tinggi
untuk telinga yang paling dekat. Pada manusia dewasa, mekanism ini memproduksi
frekuensi suara yang akurat diatas 2000 sampai 3000 Hz. Metode ketiga yaitu
perbedaan fase antara telinga. Setiap panjang gelombang memiliki fase sekitar
360 derajat jauhnya.
Indera Mekanikal
Indera mekanikal
menanggapi tekanan, belokkan, simpangan, dari sebuah rangsangan. Mereka terdiri
dari sentuhan, rasa sakit, dan sensasi badan lainnya, serta sensasi vertibular,
dimana itu mendeteksi posisi dan pergerakan dari kepala. Pendengaran juga
merupakan indera mekanikal karena sel rambutnya dimodifikasi untuk menyentuh
rangsangan. Kami mempertimbangkan itu secara terpisah karena kompleksitas dan
pentingnya.
1. Sensasi Vestibular
Pada saat kamu
menggerakan kepalamu, organ vestibular berdekatan dengan pergerakan monitor
koklea dan mengarah kepada pergerakan pergantian mata. Disaat kepalamu bergerak
kekiri, matamu bergerak ke kanan; disaat kepalamu bergerak kekan, matamu
bergerak kekiri. Dengan mudah, kamu kamu tetap memfokuskan matamu atas apa yang
ingin kamu lihat (Brant, 1991). Disaat kamu memindahkan halaman, bagaimanapun,
organ vestibular tidak dapat menetapkan matamu pada target.
Sensasi dari organ vestibular
mendeteksi arah kemiringan dan jumlah akselerasi kepala. Kamu menggunakan
informasi tersebut dengan otomatis untuk memandu pergerakan mata dan memelihara
keseimbangan. Tikus dengan pelemahan dari sensasi vestibular sering kehilangan
keseimbangannya dan terjatuh. Mereka tidak bisa berenang atau mengapung karena
mereka sering terbalik (Mariño et al., 2010).
Organ vestibular
terdiri dari sacculus, utriculus, dan
tiga tulamg kanalis semi sircularis. Seprti mendengarkan rangsangan,
rangsangan vestibular dimodifikasi untuk menyentuh rangsangan. Unsur kalsium
karbonat bernama otoliths terletak
disebelah sel-sel rambut. Pada saat kepalamu miring ke arah yang berbeda, otoliths mendorong sel-sel rambut yang
berbeda dan menggairahkannya (Hess, 2001).
Source:
2. Somatosensation
Sistem
somatosensori, sensasi dari suatu badan dan
pergerakannya, ia tidak hanya satu sense melainkan banyak, termasuk sentuhan
diskriminatif (seperti mengidentifikasi bentuk dari uatu objek), tekanan dalam,
dingin, hangat, sakit, gatal, geli, dan posisi dan pergerakan sendi.
Rangsangan
Somatosensori
Sebuah sentuhan dari
rangsangan merupakan akhir dari neuron yang sederhana (e.g., banyak rasa sakit
rangsangan), sebuah dendrit yang dimidifikasi (Markel disks), sebuah akhir
neuron yang rumit, (akhiran Ruffini dan sel-sel meissner), atau sebuah akhiran
terbuka dikelilingi oleh sel-sel yang lain yang dimodifikasi sesuai fungsinya
(sel-sel pacinian). Stimulasi dari sebuah sentuhan reseptor yang membuka
saluran natrium di akson, dengan demikian dimulailah potensial aksi (Price et
al., 2000).
Mempertumbangkan sel pacinian, dimana mendeteksi
perpindahan mendadak dan getaran frekuensi yang tinggi pada kulit. Di dalam
struktur luarnya ada membran neuron. Struktur luarnya seperti bawang memberikan
dukungan mekanis yang melawan sedikit demi sedikit atau tekanan terus menerus.
Bagaimanapun, jika mendadak atau stimulasi getaran mengarah ke membran,
memungkinkan ion-ion sodium untuk masuk, mendepolarisasi membran (Loewenstein,
1960).
Tickle
(Geli)
Perasaan dari geli itu
sangat menarik tetapi sulit dimengerti. Kenapa harus ada? Kenapa kamu tertawa
jika seseorang berulang kali meletakkan jari ke ketiak anda, leher, atau
telapak kaki kamu? Simpanse merespon sensasi yang sama dengan semburan
terengah-engah menyerupai tawa. Dan sesekali menggelitiki kadang bukan seperti
bercanda. Kita suka bercanda, tapi kebanyakan orang tidak menyukai kegelitikan,
pada akhirnya tidak begitu lama. Tertawa karena lawakan membuatmu seperti ingin
tertawa lagi karena lawakan selanjutnya. Tapi menggelitiki tidak mengubah
kemungkinan kamu menertawakan lelucon (C.R. Harris, 1999).
....... (somatosensoric in the central nevous system)
3. Sakit
Stimuli dan Jalur Tulang Belakang
Sensasi
nyeri dimulai dengan yang paling tidak khusus dari semua reseptor, yang
berakhir dengan saraf kosong. Akson yang membawa informasi nyeri memiliki
mielin sedikit atau tidak ada dan karenanya melakukan impuls yang relatif
lambat, dalam kisaran 2 hingga 20 meter per detik (m / s). Akson yang lebih
tebal dan lebih cepat menghasilkan rasa sakit yang tajam. Yang lebih tipis
menyampaikan rasa sakit yang tumpul, seperti nyeri pascabedah. Meskipun pesan
nyeri mencapai otak lebih lambat dari sensasi lainnya, otak memproses informasi
nyeri dengan cepat. Respons motor terhadap nyeri lebih cepat daripada respons
motorik terhadap stimulasi
Penyakit Emosional
Stimulus
yang menyakitkan juga mengaktifkan jalur yang melewati pembentukan medula re
ticular dan kemudian ke beberapa inti sentral thalamus, amigdala, hippocampus,
korteks prefrontal, dan kortikula cingulate. Jika Anda melihat seseorang
terutama seseorang yang anda sayangi-mengalami sakit, anda mengalami sakit
simpatik yang muncul sebagai aktivitas di korteks cingulate anda dan area
kortikal lainnya. Seseorang yang merespons sensasi hipnosis masih merasakan
sensasi menyakitkan tetapi bereaksi dengan ketidakpedulian emosional.
Kadang-kadang anda mungkin mengatakan bahwa seseorang menyakiti perasaan anda.
Setelah putus cinta, anda mungkin mengatakan anda merasakan sakit emosional.
Banyak bahasa menggunakan kata untuk "terluka" atau "sakit"
ketika mengacu pada kekecewaan dan frustrasi sosial. Apakah itu hanya sebuah
ekspresi, atau apakah tekanan emosional benar-benar seperti rasa sakit?
Perasaan terluka benar-benar menyerupai rasa sakit fisik dalam keadaan penting.
Bayangkan diri anda dalam percobaan ini: anda duduk di depan layar komputer,
memainkan permainan lempar bola virtual dengan dua orang seusia anda. Anda
menangkap "bola dan kemudian" melempar "ke salah satu dari yang
lain, yang kemudian melemparkannya kembali kepada seseorang. Tanpa memberitahu
kepada anda, dua lainnya telah dibayar untuk memainkan peran tertentu. Pada
awalnya mereka melemparkannya kepada anda berbagi waktu yang adil, tetapi tak
lama kemudian mereka mulai menyebarkannya bolak-balik di antara mereka berdua,
membuat anda keluar. Tidak banyak yang dipertaruhkan di sini,
tetapi pengalaman itu mengingatkan anda tentang saat-saat ketika
orang-orang membuat anda keluar dari percakapan, saat-saat ketika orang tidak
mengundang anda ke pesta mereka, dan sebagainya sejak masa kanak-kanak.
Apa yang
terjadi dengan perasaan terluka yang lebih intens? Eksperimen mengukur
aktivitas otak sementara dewasa muda mengingat perpisahan romantis baru-baru
ini, menjadi lebih intens dengan melihat foto mantan pacar. Dalam hal ini,
perasaan terluka muncul sebagai aktivitas di kedua area emosional (terutama
korteks cingulate) dan area sensorik yang responsif terhadap nyeri fisik.
Perasaan terluka seperti rasa sakit yang nyata dengan cara lain: Anda dapat
menghilangkan perasaan terluka dengan obat pereda nyeri seperti
asetaminofen. Para peneliti juga meminta mahasiswa untuk menyimpan
catatan harian tentang perasaan terluka dan sakit sosial, sementara beberapa
orang mengambil pil acetaminophen setiap hari. Mereka yang menggunakan
acetaminophen melaporkan lebih sedikit rasa sakit.
Cara Menghilangkan Rasa Sakit
Ketidakpekaan terhadap rasa sakit itu berbahaya. Orang dengan gen yang
menderita cedera berulang dan umumnya gagal belajar untuk menghindari bahaya.
Seorang anak lelaki dengan kondisi ini melakukan teater jalanan di Pakistan
dengan menusukkan pisau ke lengannya atau berjalan di atas bara api. Dia
meninggal pada usia 14 karena jatuh dari atap (Cox et al., 2006). Namun
demikian, meskipun kita tidak ingin menghilangkan rasa sakit, kita ingin
mengendalikannya.
(sensitization of pain)
...............
Rasa
Kimia
Misalkan
Anda memiliki kekuatan seperti dewa untuk menciptakan spesies hewan baru,
tetapi Anda bisa melengkapinya dengan hanya satu sistem sensorik. Perasaan apa
yang akan Anda berikan?
Dorongan
pertama Anda mungkin untuk memilih penglihatan atau pendengaran karena
pentingnya bagi manusia. Tetapi hewan dengan hanya satu sistem sensorik tidak
akan menjadi seperti manusia, bukan? Dan jika Anda hanya memiliki penglihatan,
dan tidak pernah merasakan apa pun atau merasakan sakit atau sentuhan, apakah
Anda tahu apa arti rangsangan visual itu? Untuk memiliki peluang bertahan
hidup, hewan Anda harus berukuran kecil, lambat, dan bahkan bersel satu.
Perasaan apa yang paling berguna bagi hewan seperti itu?
Kebanyakan
ahli teori percaya bahwa sistem sensorik pertama dari hewan paling awal adalah
sensitivitas kimiawi (G. H. Parker 1922). Pengertian kimiawi memungkinkan
seekor hewan kecil menemukan makanan, menghindari jenis bahaya tertentu, dan
bahkan menemukan pasangan.
1. Pengodean Kimia
Sistem
sensorik secara teoritis dapat menggunakan kedua jenis pengkodean. Dalam sistem
yang mengandalkan prinsip garis berlabel, masing-masing reseptor akan merespons
berbagai rangsangan terbatas, dan maknanya akan bergantung sepenuhnya pada
neuron yang aktif. Dalam sistem yang mengandalkan prinsip pola lintas serat,
masing-masing reseptor merespons pada rentang rangsangan yang lebih luas, dan
respons yang diberikan oleh akson yang diberikan tidak banyak berarti kecuali
dibandingkan dengan apa yang dilakukan akson lain (R. P. Erickson, 1982).
Dalam
persepsi warna, kami menemukan contoh yang baik dari kode pola lintas serat.
Misalnya, persepsi hijau membutuhkan respons yang lebih kuat oleh kerucut
panjang gelombang menengah daripada kerucut panjang dan pendek. Dalam persepsi
nada pendengaran, reseptor yang diberikan merespons terbaik untuk nada
frekuensi tinggi tertentu, tetapi juga merespons secara bertahap dengan
sejumlah nada frekuensi rendah (seperti halnya semua reseptor lainnya). Setiap
reseptor juga merespons white noise (statis) dan berbagai campuran nada.
Demikian pula, rasa atau aroma tertentu menggairahkan beberapa neuron lebih
dari yang lain, tetapi makna respon neuron tertentu tergantung pada konteks apa
yang dilakukan neuron lain. Singkatnya, hampir semua persepsi tergantung pada
pola di berbagai akson.
2. Rasa
Rasa
hasil dari stimulasi dari pengecap, reseptor pada lidah. Ketika kita berbicara
tentang rasa makanan yang kita maksud biasanya rasa, yang merupakan kombinasi
antara rasa dan bau. Sementara indera lain tetap terpisah di seluruh korteks,
akson rasa dan bau menyatu dengan banyak indra yang sama sel-sel di daerah yang
disebut korteks endopiriform (W. Fu, Sugai Yoshimura, & Onoda, 2004).
Konvergensi itu memungkinkan rasa dan bau menggabungkan pengaruh mereka pada
pemilihan makanan.
Reseptor Rasa
Reseptor
untuk rasa bukanlah neuron sejati tetapi sel kulit yang dimodifikasi. Seperti
halnya neuron, reseptor rasa memiliki selaput yang menggairahkan dan melepaskan
neurotransmiter untuk menggairahkan neuron tetangga, yang pada gilirannya
mengirimkan informasi ke otak. Seperti halnya sel-sel kulit, reseptor rasa
secara bertahap dihilangkan dan diganti masing-masing berlangsung sekitar 10
hingga 14 hari (Kinnamon, 1987)
Berapa Banyak Reseptor Rasa
Orang-orang di Barat mendesrikipsikan rasa dengan istilah
asin, manis, asam dan pahit, mamun berberapa rasa menolak dikategorikan dengan
istilah-istilah ini. Satu cara untuk mengidenntifikasi tipe reseptor adalah
menemukan prosedur yang mengubah satu reseptor bukan yang lain. Contohnya,
mengunyah buah beri memberikan rasa tapi mengubah rasa menjadi manis , beri
mempunyai protein dan miraculin yang mengubah reseptor manis, memungkinkan acid
untuk mensimulasi. Segala hal yang memiliki acid akan terasa manis dan selain
rasa asam yang biasa ada dalam beri. Yang sering kali dikonsumsi saat diet
sebagai pengganti makanan manis , namun jika terlalu banyak dapat menyebabkan sakit
maag. Jus jeruk akan terasa aneh jika diminum setelah sikat
gigi, pasta gigi mengandung sodium lauryl sulfat yang memiliki rasa pahit dan
melemahkan rasa manis dengan melapisi reseptor manis di lidah.
Subtansi lain yang dapat merubah rasa adalah tanaman
gymnema sylvestre yang bisa dibuat menjadi teh. Setelah membasahi lidah dengan
gymnema selama 30 detik dan mencoba berbagai rasa.Seperti asin ataupun manis,
akan terasa seperti biasa namun berubah menjadi hambar. Permen terasa asam
pahit atau asin. Rasa itu sebenarnya ada namun tidak terasa karena pemanisnya.
Pemanis buatan aparteme hanya kehilangan sebagian rasa manisnya yang
mengartikan bahwa itu mensimulasi reseptor tambahan selain reseptor manis.
Orang yang menderita diabetes sebaiknya tidak mengkonsumsi tanaman ini, karena
gymnema sylvestre dapat mengubah penyerapan gula di usus. Gymnema sylvestre
juga dapat membuat tinja anda menjadi hijau dalam beberapa hari kedepan setelah
. Semua ini menegaskan bahwa kita mempunyai reseptor yang sensitif terhadap
satu cita rasa daripada rasa yang lain.
(tanaman gymnema sylvestre)
Source:
(Teh gymnema
sylvestre)
Bukti lebih lanjut untuk tipe terpisah pada reseptor rasa
datang dari penelitian berikut: basahi lidah dengan cairan asam, misal jus lemon
tanpa gula. Kemudian coba cairan asam yang lain seperti , cuka. Anda akan
merasa cairan kedua kurang asam dari yang pertama dari biasanya. Tergantung
kepekatan jus lemon yang anda coba cairan kedua bisa jadi tidak terasa asam
sama sekali. Fenomena, ini disebut
adaptasi, merefleksikan kejenuhan reseptor untuk merasakan rasa asam.
Sekarang jika anda mencoba sesuatu yang asin, manis, atau pahit.Berbagai
subtansi ini akan terasa sama seperti biasa. Dalam waktu singkat anda akan
merasakan cross-adaptation (adaptasi silang) mengurangi rasa setelah
terpapar makanan dengan cita-rasa lain. Tenyata, reseptor asam berbeda dengan
reseptor lain. Serupa dengan reseptor asin yang berbeda dengan reseptor lain.
Meskipun kita mengetahui bahwa kita memiliki setidaknya
empat reseptor, beberapa bukti menujukan bahwa ada reseptor yang kelima,
gultamat,seperti yang ada di monosodium gultamat (MSG). Lidah mempunyai
reseptor gultamat yang menyerupai reseptor gultamat sebagai neurotrasmmiter.
Gultamat terasa seperti kaldu ayam tanpa garam, atau yang biasa disebut umami, Dan lagi faktanya kimiawi berbeda merangsang reseptor
yang berbeda, memproduksi ritme berbeda dari berbagai aksi potensial. Untuk
sensasi-sensasi lain kita berasumsi bahwa yang penting adalah berapa banyak
aksi potensial yang akan terjadi dalam satu waktu. Di dalam rasa, pola
sementara juga penting, atau mungkin sangat penting. Tiap rasa akan ada selama 30 detik, ditandai garis stimulus.
Respon akan ada hingga lidah dibasahi oleh air.
Mekanisme Reseptor Rasa
Saraf memproduksi sebuah aksi potensial, ketika ion
sodium melintasi membran.Reseptor asin, yang mendeteksi kemunculan sodium,
mengizinkan ion sodium melintasi membran pada lidah. Zat kimiawi yang mencegah
sodium melewati membran memperlemah rasa asin (DeSimone, Heck, Mierson 1984).
Reseptor asam mendeteksi kehadiran zat acid (Huang et al.,2006) Reseptor manis,pahit dan umami menyerupai sinapsis
metaprobik setelah molekul mengikat salah satu reseptor, mengaktifasi protein G
melepaskan pesan kedua. Tiap cell melepaskan Ad enosine triphosphate (ATP)
sebagai neurotrasmitter (Taruno, 2013). Memiliki banyak reseptor rasa pahit berfungsi sebagai
pendeteksi banyak kimiawi berbahaya, jika reseptor pahit sedikit kita tidak
akan bisa mendeteksi subtansi rasa pahit yang sedikit
Pengkodingan Rasa di Otak
Informasi dari reseptor di lidah berjalan ke otak bersama
selaput anak telinga, batang ketujuh saraf cranial (saraf wajah) informasi dari
lidah posterior dan tenggorokan bergerak sepanjang cabang saraf kranial
kesembilan dan kesepuluh. Saraf rasa ini
memproyeksikan kei nukleus dari trus solitarius(NTS), struktur di medula
(Travers, Pfaff mann,& Norgren, 1986). Dari NTS, cabang informasi
keluar,mencapai pons, hipotalamus lateral, amigdala, sangventral-posterior
thalamus, dan dua area korteks serebral(Pritchard, Hamilton, Morse, &
Norgren, 1986; Yamamoto,1984). Salah satu area ini, korteks somatosensori,
merespons untuk aspek sentuhan stimulasi lidah. Area lainnya,dikenal sebagai
insula, adalah korteks rasa primer.
Variasi dalam Sensitivitas
Karnivora tidak memilih makanan manis. Contohnya, kucing
yang tertarik pada protein susu . Dan lumba-lumba yang mempunyai sedikit dari
setiap reseptor. Di tahun 1990-an peneliti menemukan orang yang mempunyai
sensitivitas rendah dari pada orang rata-rata dikenal sebagai supertaster
...............
4. Pheromone
Pheromone adalah zat yang dikeluarkan secara alami
oleh tubuh pada masa subur, dan disebarkan melalui udara untuk menarik lawan
jenis dari spesies yang sama
Link Jurnal :
https://journals.lww.com/jpgn/Fulltext/2009/03001/Early_Flavor_Learning_and_Its_Impact_on_Later.5.aspx
Link Jurnal :
https://journals.lww.com/jpgn/Fulltext/2009/03001/Early_Flavor_Learning_and_Its_Impact_on_Later.5.aspx
Komentar
Posting Komentar